Gulaku Kelewat Murni

 Mengapa orang mengatakan bahwa gula putih yang tampak bersih tidak baik?


Pernyataan yang omong kosong ini sebuah misteri bagi saya. Tampaknya ada orang yang menafsirkan kata dimurnikan (refined) sebagai petunjuk bahwa kita manusia entah bagaimana telah mengingkari bahan-bahan hukum alam dengan berani-beraninya menyingkirkan bahan-bahan tak kita inginkan dari suatu makanan sebelum menyantapnya. Gula putih pada dasarnya persis sama dengan gula kasar, kecuali bahwa benda-benda lain yang semula menyatu dengannya sudah dibuang.

Ketika gula dimurnikan melalui tiga tahap kristalisasi berurutan, yang tertinggal dalam molasenya tidak lain hanya sukrosa murni. Gula kecoklatan, tak begitu bersih dari tahap-tahap proses terdahulu lebih beraroma karena kandungan bahan-bahan lain daam molasenya. Entah anda menggunakan gula sedikit cokelat atau gula cokelat gelap yang beraroma tajam untuk sebuah resep, itu sepenuhnya tergantung serela anda atau pemesan makanan tersebut.

Banyak brown sugar yang dijual di toko swalayan dewasa ini dibuat dengan cara menyemprotkan molase ke gula yang sudah bersih, alih-alih mengurangi tahapan dalam proses pemurnian. Namun, di Amerika, brown sugar bermerk Domino dan C & H masih dibuat dengan cara tradisional.

Yang saya tekankan adalah : dalam cairan tebu yang belum diolah terdapat campuran sukrosa dan semua komponen lain yang sudah diolah juga terdapat dalam molase. Ketika komponen-komponen lain dari molase itu dihilangkan, tolong jelaskan kepada saya mengapa sukrosa murni yang tersisa tiba-tiba menjadi makhluk jahat dan buruk bagi kita? Ketika kita makan gula kasar yang katanya, "lebih sehat," selain sampah-sampah dalam molase kita juga memakan sukrosa dalam jumlah banyak . Lalu, kenapa sukrosa yang sama dalam gula kasar ini tidak "jahat"?


@kaloeinsteinjadikoki

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG CINTA

Makan Secukupnya